Melonjaknya kebutuhan akan fleksibilitas dan skalabilitas pada pengembangan software memicu peningkatan kuantitas terhadap adopsi microservices. Di beberapa tahun terakhir, Docker tampil sebagai teknologi yang cukup populer dalam membangun dan men-deploy layanan ini.
Akan tetapi, apa sih plus minus dari arsitektur microservices ini? Dan apa plus minus dari rancang bangun layanan ini dengan memanfaatkan Docker? Benarkah platform pendukung microservices ini unggul dalam modulasi aplikasi sehingga lebih mudah dikembangkan, di-deploy dan diatur? Pada kesempatan ini, kami akan sedikit membahas cara merancang arsitektur microservices dengan menggunakan Docker.
Daftar Isi:
1. Apa Itu Docker?
2. Apa Itu Microservices?
3. Manfaat Microservices dengan Docker
4. Tantangan Utama dalam Membangun Arsitektur Microservices dengan Docker
5. 5 Prinsip Utama untuk Mengaktifkan Arsitektur Microservices dengan Docker
6. Bagaimana Jika Anda Ingin Membangun Arsitektur Microservices dengan Docker?
Docker adalah teknologi virtualisasi berbasis open-source yang dikenal sebagai platform untuk container software. Container-container ini memberikan cara untuk mengemas sebuah aplikasi, termasuk sistem filenya sendiri, ke dalam satu paket yang dapat direplikasi.
Berawal dari kolaborasi open-sorce, container Docker dengan cepat merevolusi cara dunia dalam mengembangkan perangkat lunak. Dengan memaketkannya ke dalam lapisan kode yang disebut container—lengkap dengan semua resource yang dibutuhkan agar berjalan di server (tools, runtime, system libraries, dan lain-lain)—sebuah aplikasi dapat beroperasi dengan cara yang sama di berbagai platform hosting (seperti AWS, Google Cloud, Microsoft Azure dan Apache). Keistimewaan inilah yang menempatkan teknologi container Docker di garis depan pengembangan perangkat mobile yang scalable.
Saat ini, app developer menggunakan Docker untuk membangun modul yang disebut microservices. Modul ini mendesentralisasi kumpulan paket dan membagi kumpulan tugas menjadi beberapa integrasi mandiri yang saling berkolaborasi. Tim TI di jaringan restoran pizza nasional, misalnya, membangun aplikasi modern berbasis microservices untuk mengambil pesanan, memproses pembayaran, dan membuat “nota pesanan” untuk para koki, serta “nota pengantaran” untuk para kurir. Kemudian layanan-layanan mikro ini akan beroperasi bersama untuk membuat dan mengantarkan pizza ke para pelanggan.
Microservices sendiri merupakan pendekatan dari software development yang mengelola sebuah aplikasi sebagai sekumpulan layanan mikro yang saling terkait secara fleksibel. Setiap layanan melaksanakan fungsi tertentu, saling berkomunikasi melalui API, serta dapat dikembangkan, didistribusikan dan diperluas secara sendiri-sendiri. Arsitektur microservices terkenal berkat fleksibilitas, skalabilitas, dan ketangguhannya, sehingga perusahaan dapat dengan lebih cepat mengasilkan software yang berkualitas tinggi.
Sebagai contoh, aplikasi shipping dan tracking di sebuah grocery franchise yang saat ini menggunakan satu aplikasi untuk buah-buahan, bisa saja nantinya diuraikan menjadi modul-modul yang memproses pisang, jeruk, apel, dan jenis buah lainnya. Kemudahan yang ditawarkannya memang dapat meningkatkan aspek tracking. Akan tetapi, mendekomposisi software berdasarkan subdomain logis—dalam hal ini, jenis buah-buahan—dapat memiliki konsekuensi yang tidak terduga terhadap kemampuan bisnis.
Untuk lebih jelasnya, pendekatan arsitektur microservices mungkin dapat digambarkan berdasarkan beberapa fitur berikut ini:
Manfaat Microservices dengan Docker
Arsitektur microservices mengoptimalkan pemisahan kepentingan dan koordinasi. Karakter ini memberikan pilihan dan otonomi kepada tim developer. Keuntungan inilah yang menjadi alasan di balik meningkatnya permintaan terhadap layanan microservices untuk pembangunan aplikasi.
Beberapa manfaat kunci dari arsitektur microservices dengan menggunakan container Docker adalah sebagai berikut:
Tantangan Utama dalam Membangun Arsitektur Microservices dengan Docker
Meskipun arsitektur microservices Docker dan container Docker menawarkan banyak manfaat, ada beberapa tantangan utama yang mungkin dihadapi oleh organisasi saat mengimplementasikan pendekatan ini. Berikut adalah empat tantangan yang paling umum:
1. Mengelola Kompleksitas
Karena jumlah microservices bisa ditambah, maka pengelolaan beberapa isu—misalnya interaksi dan ketergantungan—jadi semakin kompleks. Yang perlu diperhatikan: antarlayanan dapat saling berkomunikasi dengan baik; kualitas pengelolaan service discovery; pembaruan di satu layanan tidak berimbas ke layanan yang lain.
2. Memastikan Konsistensi
Karena beberapa layanan berjalan di container yang berbeda, maka konsistensi bisa menjadi tantangan tersendiri. Yang perlu diperhatikan: setiap layanan dapat berjalan di berbagai lingkungan tanpa tergantung pada konfigurasi hardware atau software.
3. Memastikan Keamanan
Karena microservices berkomunikasi dengan API, maka keamanan bisa menjadi tantangan tersendiri. Yang perlu diperhatikan: setiap layanan aman; dan hanya dapat diakses oleh pengguna yang diotorisasi.
4. Mengelola Data
Karena setiap layanan memiliki penyimpanan data sendiri, maka mengelola konsistensi data dan sinkronisasi antarlayanan bisa jadi tantangan tersendiri. Yang perlu diperhatikan: agar supaya data disimpan, diakses dan disinkronisasikan dengan benar di antara layanan.
5 Prinsip Utama untuk Mengaktifkan Arsitektur Microservices dengan Docker
Untuk membangun arsitektur microservices, penting untuk memahami prinsip-prinsip dan praktek terbaik yang terlibat. Di sini, kami akan membahas lima prinsip utama untuk mengaktifkan arsitektur microservices Anda.
Prinsip 1: Dibangun Untuk Didesentralisasi
Dalam rancang bangun microservices, setiap layanan perlu dibangun untuk didesentralisasi. Dari sekumpulan layanan mikro, setiap layanan harus bisa berjalan sendiri tanpa tergantung pada layanan lainnya. Oleh karena itu, setiap layanan perlu memiliki penyimpanan data, logika bisnis, dan user interface sendiri-sendiri supaya tidak membutuhkan layanan lain untuk berfungsi secara optimal.
Prinsip 2: Persiapkan Risiko Kegagalan
Dalam arsitektur microservices, kegagalan adalah sesuatu yang inevitable, alias tidak dapat dihindari. Oleh sebab itu, penting untuk melakukan rancang bangun layanan dengan mempertimbangkan kemungkinan gagal. Sifat microservices yang terdesentralisasi dan mandiri akan memberikan ruang setiap layanan untuk gagal sendiri-sendiri tanpa memengaruhi layanan yang lain.
Prinsip 3: Jaga Layanan Tetap Mikro dan Fokus
Namanya juga layanan mikro, setiap microservices harus tetap berukuran mikro dan terfokus pada satu tugas. Kondisi ini penting untuk memudahkan pemeliharaan, pengujian dan penyebaran. Selain itu, pengaturan peningkatan layanan individu secara mandiri juga akan sangat dimudahkan.
Prinsip 4: Menggunakan Komunikasi Berbasis API
Komunikasi antar-microservices idealnya dilakukan melalui Application Programming Interface (API). API menyediakan cara standar bagi layanan untuk berkomunikasi satu sama lain. Hal ini memungkinkan layanan untuk dibangun secara mandiri dan berkembang seiring berjalannya waktu.
Prinsip 5: Mengotomatisasi Segalanya
Otomatisasi sangat penting dalam membangun arsitektur microservices yang baik. Otomatisasi membantu mengurangi risiko kesalahan, meningkatkan efisiensi, serta menambah kualitas keseluruhan sistem. Otomatisasi sebaiknya digunakan untuk segala hal, mulai dari pengujian dan penyebaran, hingga pemantauan dan penskalaan.
Bagaimana Jika Anda Ingin Membangun Arsitektur Microservices dengan Docker?
Setelah membaca artikel ini, katakanlah Anda mulai tertarik untuk membangun arsitektur Microservices dengan menggunakan container Docker. Tentunya yang perlu Anda pertimbangkan sekarang adalah mencari provider yang dapat mengakomodir kebutuhan tersebut.
Sebagai salah satu penyedia cloud computing terpercaya di Indonesia, CBNCloud memiliki layanan Container Management yang dapat menjadi mitra Anda dalam rancang bangun micoservices dengan dukungan platform seperti Docker dan Kubernetes. Layanan kami termasuk mendampingi Anda untuk memahami kebutuhan bisnis, menginstalasi platform yang sesuai dengan kebutuhan tersebut sampai dengan rancang arsitektur microservices Anda.
Jika diperlukan, Anda juga dapat memercayakan mitra pembuatan container Anda kepada kami, termasuk proses pengembangan dan uji coba. Anda juga dapat senantiasa berdiskusi dengan kami terkait masalah impelentasi dan skalabilitas, pemantauan dan pengelolaan, keamanan serta pembaruan dan perbaikan.
Jadwalkan meeting dengan kami untuk membahas rangkaian solusi cloud menyeluruh dari hulu ke hilir.
Anda juga senantiasa dapat berinteraksi dengan tim Sales dan Support kami dengan cara sesederhana mengirimkan email, mengisi formulir permintaan layanan, atau menelepon Call Center.
Belum punya kebutuhan akan ketiga teknologi ini karena kurangnya tim pendukung internal untuk mengikuti perkembangan teknonologi cloud yang dinamis? Jangan khawatir, kami pun siap mendampingi Anda dalam solusi Managed Services kami.
Jadi tunggu apa lagi?
Nikmati kemudahan bertransformasi digital bersama CBNCloud, optimized to simplify your life. (put)