..

Bertransformasi ke Distributed Cloud: Peluang dan Tantangan

  • CBNCloud
  • 5/14/2024, 12:00:00 AM

Selain meningkatkan efisiensi, transformasi digital juga memudahkan perusahaan TI di setiap industri untuk menyediakan produk dan pengalaman pelanggan yang lebih baik. Salah satu bagian penting dari transformasi ini adalah kemampuan untuk menganalisis dan mengoperasikan data. Umumnya, sebagian besar data krusial berada di lokasi yang terdistribusi (misalnya IoT—Internet of Things).Dengan kata lain, jauh dari data center maupun public cloud pusat.

Munculnya aplikasi dan komputasi terdistribusi memberi tantangan tersendiri bagi organisasi TI. Mereka di-challenge untuk menerapkan arsitektur distributed computing, terutama bagi yang operasionalnya berskala nasional atau global. Namun, merancang dan mengoperasikan distributed computing tidak semudah itu. Alasan utama karena lingkungan unik yang ada di setiap pemain cloud besar, misalnya AWS, Azure dan Google. Aspek khusus dari implementasi edge-computing dan private cloud suatu perusahaan pun juga perlu jadi bahan pertimbangan.  

Sebelumnya kita telah berkolaborasi dalam merencanakan strategi multi-cloud terbaik bagi binsis Anda. Kali ini, yuk kita berdiskusi perihal distributed cloud—teknologi komputasi yang dipercaya bakal membawa industri ke tahap lanjutan.

Daftar Isi:

  1. Apa Itu Distributed Cloud?
  2. Bagaimana Cara Kerja Distributed Cloud?
  3. Apa Hubungan Distributed Cloud dan Edge Computing?
  4. Evolusi Kemampuan Cloud Computing
  5. Bagaimana Distributed Cloud Mengubah Bisnis?
    5.1. Menjamin Optimalisasi Kerja
    5.2. Membangun Daya Juang
    5.3. Mengurangi Latensi
    5.4. Meningkatkan Otonomi dan Keamanan
    5.5. Meningkatkan Skalabilitas Jaringan
    5.6. Meningkatkan Efisiensi Sumber Daya
    5.7. Mengelola Data yang Sesuai dengan Regulasi
  6. Apa Manfaat Distributed Cloud?
    6.1. Kinerja dan waktu respons yang lebih baik
    6.2. Fleksibilitas dan kustomisasi yang lebih besar
    6.3. Dukungan yang lebih baik untuk edge-computing dan IoT
    6.4. Peningkatan keamanan dan compliance
    6.5. Peningkatan ketahanan dan ketersediaan
    6.6. Kurang latensi
  7. Apa Tantangan Distributed Cloud?
    7.1. Kompleksitas
    7.2. Masalah kompatibilitas
    7.3. Interoperabilitas
    7.4. Integrasi dengan sistem yang sudah ada
    7.5. Keamanan dan kepatuhan
    7.6. Biaya
  8. Contoh Implementasi Distributed Cloud
    8.1. Layanan FinTech
    8.2. Solusi yang Didukung oleh IoT, ML dan AI
    8.3. Fasilitas Infrastruktur Kritis

Apa Itu Distributed Cloud?

Distributed Cloud adalah bentuk cloud computing di mana perusahaan memanfaatkan infrastruktur public cloud-nya di beberapa lokasi geografis. Sementara itu, urusan operasi, tata kelola dan pembaruan dikelola secara sentral oleh satu penyedia layanan public cloud.

Dalam infrastruktur distributed cloud, seluruh tumpukan (stack) penyedia layanan public cloud didistribusikan ke sejumlah lokasi berbeda sesuai kebutuhan, Lokasinya bisa mencakup on-premises di data center atau private cloud pelanggan, maupun di data center pihak ketiga atau colocation center di seluruh dunia. Yang jelas, seluruh pengelolaan akan berasal dari satu bidang kendali pusat.

Arsitektur terdistribusi memberikan kontrol lebih terhadap lokasi penempatan data. Hal ini dilakukan demi memenuhi persyaratan regulasi. Faktor ini kemudian memudahkan penyedia cloud dalam melayani data dari lokasi yang lebih dekat dengan pengguna. Manfaat lain? Kinerja cloud database, aplikasi dan media streaming pun dapat ditingkatkan.

Secara keseluruhan, distributed cloud memungkinkan organisasi untuk sepenuhnya menggunakan manfaat cloud computing sambil memenuhi kebutuhan dan tuntutan mereka. Hasilnya, pendistribusian ini sedang merevolusi cara organisasi dalam mengakses dan menggunakan sumber daya cloud. Kemungkinan besar, peran yang dimainkannya dalam masa depan cloud computing pun tidak kaleng-kaleng.

Bagaimana Cara Kerja Distributed Cloud?

Dalam arsitektur distributed cloud, sumber daya cloud didistribusikan di berbagai lokasi. Biasanya ke infrastruktur penyedia public cloud, data center on-premises, data center cloud provider lain, dan data center colocation atau pihak ketiga. Sumber-sumber daya ini dikelola secara terpusat dari satu lapisan kontrol tunggal. Tugasnya menangani perbedaan dan inkonsistensi dalam lingkungan hybrid, multi-cloud. Distributed cloud berguna jika organisasi perlu memenuhi tuntutan yang memerlukan infrastruktur cloud berada di lokasi tertentu, misalnya terkait waktu respons, kinerja dan compliance.

Sebagai contoh, sebuah organisasi menggunakan distributed cloud untuk memenuhi persyaratan mandat regulasi yang membutuhkan penyimpanan data tertentu di yurisdiksi tertentu.

Untuk menggunakan distributed cloud, perusahaan biasanya berlangganan layanan cloud dari penyedia public cloud papan atas, seperti Amazon Web Services (AWS), Microsoft Azure, atau Google Cloud. Provider mengatur dan mengelola infrastruktur cloud di berbagai lokasi. Sementara itu, perusahaan dapat mengakses serta menggunakan sumber daya cloud sesuai kebutuhan.

Dalam beberapa kasus, institusi juga dapat mengatur data center on-premises sendiri. Opsi lain, menggunakan data center pihak ketiga (atau colocation) untuk meng-host sumber daya cloud. Sumber daya ini kemudian dapat dikelola dan diakses melalui lapisan kontrol pusat yang disediakan oleh penyedia public cloud.

Apa Hubungan Distributed Cloud dan Edge Computing?

Penggunaan distribusi cloud computing didorong oleh peningkatan jaringan Internet of Things (IoT), kecerdasan buatan, dan kasus penggunaan lain yang harus memproses jumlah data besar secara real-time, termasuk edge computing.

Edge computing sendiri merupakan paradigma dalam memproses data yang dilakukan secara lebih dekat dengan sumbernya. Pemrosesan ini dilakukan di “pinggaran” jaringan, alih-alih di data center terpusat. Teknologi ini memungkinkan data diproses secara cepat nan efisien. Keuntungan lain, latensi dan beban jaringan berkurang. Sebaliknya, responsivitas sistem meningkat.

Ketika digunakan bersamaan, distributed cloud memungkinkan sumber daya cloud ditempatkan di “tepi jaringan” (edge). Kolaborasi ini cocok untuk mendukung aplikasi yang memerlukan pemrosesan data real-time. Dengan kata lain, dekat dengan perangkat maupun sensor IoT.

Dengan demikian, edge computing memanfaatkan distributed cloud untuk memberikan dukungan infrastruktur yang diperlukan di lokasi “tepi jaringan”. Sebaliknya, distributed cloud memanfaatkan edge computing untuk memberikan fleksibilitas dan kinerja yang diperlukan di lokasi-lokasi tersebut.

Evolusi Kemampuan Cloud Computing

Semua teknologi cloud pada dasarnya merupakan hasil dari simbiosis model public dan hybrid cloud. Simbiosis ini dipercaya selalu berupaya untuk “naik kelas” ke teknologi edge computing.

Dalam model public cloud, beberapa pelanggan berbagi akses ke layanan yang diperlukan. Provider memiliki dan mengatur data center dengan beban kerja pelanggan yang sedang “running”, berdasarkan software virtualisasi masing-masing. Penyedia cloud bertanggung jawab atas semua hardware, pemeliharaan infrastruktur, dan koneksi jaringan yang sesuai untuk akses optimal ke aplikasi data.

Utamanya, pelanggan menggunakan public cloud untuk memperluas sumber daya TI yang ada. Manfaat lain yang tak kalah penting, menghindari pertumbuhan infrastruktur TI fisik.

Model hybrid cloud mengintegrasikan infrastruktur public, private dan on-premises. Cloud provider memastikan tata kelola, orkestrasi, manajemen, dan mobilitas aplikasi di ketiga elemen yang bertanggung jawab untuk lingkungan public cloud. Sementara itu, pelanggan lah yang mengontrol pengaturan private cloud.

Model ini populer di kalangan bisnis yang menjalani transformasi digital tanpa sumber daya cukup untuk memelihara private cloud. Hybrid cloud juga digunakan oleh perusahaan pemilik data sensitif yang tidak ditujukan untuk public cloud.

Edge computing memecahkan tugas kritis dalam memproses sedekat mungkin ke data root untuk mengurangi latensi, dan  memotong penggunaan bandwidth. Penyedia cloud bertanggung jawab untuk menjalankan lebih sedikti proses. Fungsi lain yang lebih penting dialihkan ke situs lokal, seperti komputer, perangkat IoT, atau edge server.

Model edge computing penting bagi perusahaan yang menjalankan data dan proses yang sensitif terhadap waktu yang membutuhkan latensi minimal dan respons segera.

Bagaimana Distributed Cloud Mengubah Bisnis?

Di dunia pemasaran TI, saat ini dikenal semacam trik yang dinamakan “cloud washing”. Istilah ini merujuk pada strategi marketing untuk memperkenalkan layanan sebagai solusi cloud computing. Padahal, produk itu tidak sepenuhnya berbasis cloud, atau dielngkapi fitur yang sesuai dengan definisi cloud.

Melesatnya popularitas cloud ini tentu membawa banyak manfaat bagi perusahaan. Anda tidak perlu lagi meng-upgrade hardware komputer untuk mendukung kinerja tinggi. Selamat tinggal pula kerepotan mengkonfigurasi sistem yang kompleks. Pembelian paket software yang mahal pun bisa dipangkas.

Sebagai yang dipercaya menjadi “advanced class”-nya solusi cloud, bagaimana dengan manfaat utama distributed cloud bagi bisnis?

  • Menjamin Optimalisasi Kinerja. Berkat kemampuan sistem untuk menggunakan daya komputasi dari  beberapa komputer, kecepatan perhitungan platform distributed cloud lebih tinggi daripada sistem lainnya. Selain itu, teknologi ini memungkinkan komunikasi yang lebih responsif. Caranya, dengan memindahkan permintaan ke layanan yang secara fisik lebih dekat dengan data.
     
  • Membangun Daya Juang. Distributed cloud mengimplikasikan kepemilikan terhadap unit yang pengalokasiannya  lebih kecil. Namun demikian, model ini mengurangi dampak kegagalan server dan mengurangi pemborosan investasi. Dengan demikian, model ini memungkinkan bisnis untuk mengatasi risiko kegagalan dengan cara yang paling hemat biaya.
     
  • Mengurangi Latensi. Layanan menjadi lebih cepat dan responsif karena tugas pemrosesan yang penting dialokasikan lebih dekat ke end user. Data tidak perlu dikembalikan ke server jaringan terpusat. Oleh karena itu, waktu respons jadi meningkat karena lalu-lintas data yang dipersingkat.  
     
  • Meningkatkan Otonomi dan Keamanan. Ketika perusahaan pelanggan memiliki sumber daya komputasi dan penyimpanan data penting, mereka memperoleh tingkat kontrol dan perlindungan yang lebih tinggi. Caranya, dengan mengawasi semua infrastruktur melalui lapisan pengendalian.
     
  • Meningkatkan Skalabilitas Jaringan. Sifat terdistribusi memungkinkan kapasitas dapat ditingkatkan kapan pun diperlukan. Aplikasi dan layanan dioperasikan pada server yang berbeda. Struktur ini memungkinkan pengguna untuk menambah atau menghapus sumber daya. Pembangunan kembali seluruh infrastruktur cloud pun tidak diperlukan.
     
  • Meningkatkan Efisiensi Sumber Daya. Teknologi memungkinkan pengurangan biaya operasional melalui repetisi dan keandalan proses. Selain itu, penyedia layanan cloud mengelola seluruh infrastruktur cloud, operasi, keamanan, dan pembaruan. Oleh karena itu, perusahaan pelanggan tidak perlu berinvestasi untuk tim khusus. Bakat sumber daya yang sudah ada pun dapat dimanfaatkan di tempat lain
     
  • Mengelola Data yang Sesuai dengan Regulasi. Lokasi distributed cloud mengimplikasikan pembanguan layanan pada penyimpanan lokal yang dikendalikan oleh kebijakan. Hal ini memungkinkan bisnis untuk mematuhi persyaratan regulasi, di mana data harus disimpan dan diproses di dalam negara bagian, regional, atau fasilitas bisnis tertentu.

Apa Manfaat Distributed Cloud?

Terdapat beberapa manfaat dari menggunakan arsitektur distributed cloud, termasuk:

  • Kinerja dan waktu respons yang lebih baik. Dengan mendekatkan sumber daya cloud kepada end user, distributed cloud dapat mengurangi latensi dan meningkatkan kinerja untuk aplikasi yang membutuhkan waktu respons cepat.
  • Peningkatan keamanan dan compliance. Distributed cloud dapat membantu organisasi memenuhi persyaratan keamanan dan compliance tertentu, misal: hukum kedaulatan data. Caranya, dengan memungkinkan mereka menempatkan data di lokasi tertentu.
  • Peningkatan ketahanan dan availability. Dengan mendistribusikan sumber daya cloud di berbagai lokasi, distributed cloud dapat meningkatkan ketahanan dan ketersediaan infrastruktur cloud organisasi.
  • Kurang latensi. Dengan memindahkan tugas pemrosesan lebih dekat dengan end user, layanan distributed cloud dapat meminimalkan latensi dan meningkatkan responsifitas aplikasi.

Apa Tantangan Distributed Cloud?

Ada beberapa tantangan yang mungkin dihadapi oleh organisasi saat mengimplementasikan arsitektur cloud terdistribusi:

  • Kompleksitas. Distributed cloud dapat menjadi kompleks dalam pengaturan dan pengelolaannya. Sebabnya melibatkan beberapa lokasi dan berbagai sumber daya yang harus diintegrasikan dan disinkronkan.
     
  • Masalah kompatibilitas. Memastikan bahwa komponen berbeda dari distributed cloud saling kompatibel dapat menjadi tantangan tersendiri. Kenapa? Karena komponen ini dikembangkan oleh vendor yang berbeda, atau menggunakan teknologi yang berbeda.
     
  • Interoperabilitas. Memastikan bahwa komponen berbeda dari distributed cloud dapat bekerja sama secara mulus cukup tricky. Alasannya, setiap komponen mungkin memiliki API, protokol, dan persyaratan interoperabilitas yang berbeda.
     
  • Integrasi dengan sistem yang sudah ada. Cukup menantang untuk mengintegrasikan distributed cloud dengan sistem dan proses yang sudah ada. Dalam prosesnya, mungkin diperlukan perubahan signifikan terhadap cara operasi organisasi.
     
  • Keamanan dan kepatuhan. Tidak mudah memastikan bahwa distributed cloud memenuhi persyaratan keamanan dan kepatuhan. Karena, melibatkan pengelolaan dan perlindungan data di beberapa lokasi.
     
  • Biaya. Biaya menyiapkan dan mengelola cloud terdistribusi relatif mahal. Biaya tersebut merujuk pada investasi dan pemeliharaan di beberapa lokasi, serta berbagai sumber daya yang berbeda.

Contoh Implementasi Distributed Cloud

Di bidang apa yang paling mengadopsi distributed cloud daripada yang lain? Mari pertimbangkan bagaimana beberapa industri menggunakan model distributed cloud.

  • Layanan FinTech. Model distributed cloud dimaksudkan untuk mendukung industri ini—perusahaan fintech menggunakan latensi rendah dan pemrosesan data cepat untuk waktu transfaksi. Hal ini membantu mereka mengambil alih pesaing. Perusahaan fintech mengoperasikan data penting dalam wilayah tertentu. Data pribadi lebih aman jika dibandingkan dengan arsitektur lainnya.
     
  • Solusi yang Didukung oleh IoT, ML dan AI. Aplikasi seperti itu hanya dapat mengandalkan data real-time, tanpa harus menunggu data tersebut dikirim ke data center pusat dan dikirimkan kembali. Oleh karena itu, mereka memanfaatkan teknologi cloud dengan latensi rendah.
     
  • Fasilitas Infrastruktur Kritis. Pabrik dan pembangkit listrik memerlukan tingkat keamanan dan ketahanan maksimum. Mereka memanfaatkan distributed cloud untuk memastikan tingkat kontrol tertinggi dan mengurangi risiko atau dampak kegagalan.

Seperti yang kita lihat, jaringan distributed cloud adalah arsitektur yang cukup menguntungkan dan banyak kebaikan yang bisa dihasilkan dari teknologi ini. Waktu akan menunjukkan apakah akan berkembang, dan industri apa yang akan dicakupnya.

CBNCloud adalah salah satu pionir penyedia layanan cloud computing di Indonesia yang mengkhususkan diri dalam solusi cloud, web, mobile app, dan banyak area lainnya. Kami bangga menjadi mitra konsultasi cloud bersertifikasi dan memberikan solusi untuk tantangan bisnis Anda dengan tingkat keahlian yang tinggi. Jika Anda memiliki pertanyaan seputar implementasi solusi cloud, jangan ragu untuk menghubungi kami. (put—berbagai sumber)